Kekuatan Hati Dan Nalar Sebagai Kunci Meraih Ilmu


Disadari atau tidak, begitu banyak hal yang terlewatkan begitu saja dalam perjalanan hidup kita. Pengalaman langsung maupun orang lain atau fenomena alam yang bertaburan di alam semesta seharusnya sanggup dipetik menjadi hikmah/ilmu. Namun ternyata tidak banyak insan yang sanggup mengambilnya, sebab pesan tersirat hanya sanggup ditangkap oleh kekuatan hati dan akal.

Allah SWT tampaknya telah sengaja membuat hati insan itu gampang berbolak-balik. Disatu ketika kita merasa senang, disaat yang lain kita merasa susah; disuatu waktu gampang mendapatkan disaat yang lain begitu keras menolak. Hati cenderung tidak konsisten. Namun tentu hal tersebut bukan berarti hati itu jelek, sebab memang begitulah Allah telah menciptakannya untuk kita. Kita akan tahu, bahwa dengan sifat hati yang ibarat itu, hati atau kalbu insan menjadi sensitif terhadap apa yang tidak bisa dicapai oleh akal. Bahkan melalui kalbu inilah kita sanggup mencicipi dan sanggup bekerjasama dengan Tuhan Sang Pencipta Alam, serta sanggup menangkap cahaya dan petunjuk-Nya.

Hati memang berbeda dengan akal. Akal cenderung bersifat analisis untuk mencerna informasi yang diperoleh dari pancaindra. Akal cenderung hanya mengindra hal-hal yang bersifat fisik/material saja, oleh alhasil kadang kesulitan untuk memahami hal-hal yang gaib. Akal cenderung kesulitan untuk menyingkap apa-apa yang tersirat dibalik sesuatu yang tersurat di alam semesta. Dalam hal ini nalar mempunyai keterbatasan.

Lain halnya dengan hati, hati yang terawat sanggup dengan gampang menangkap Cahaya Ilahi yang sering mampir secara tiba-tiba tanpa disertai analisis, bahkan kadang tak terpikirkan sebelumnya. Kehadirannya tiba bagaikan kilat, sehingga insan tidak sanggup menolak kehadirannya, tapi juga tidak sanggup mengundangnya.

Kemampuan meraih petunjuk Ilahi ini memang sangat tergantung pada kualitas hati kita. Ada yang sedemikian kuatnya sehingga gampang mendapatkan petunjuk-Nya, tetapi ada juga yang lemah, sehingga sangat sulit mendapatkan petunjuk-Nya. Kita sebaiknya memang memadukan antara nalar yang berkualitas dengan hati yang senantiasa terawat, sehingga zikir dan pikir sanggup berjalan seiring, sehingga menghasilkan sesuatu yang paling berharga nilainya ialah ilmu/hikmah.

Akal harus senantiasa diasah dengan mengaktifkan otak untuk menganalisa atau mengobservasi, sedangkan hati harus senantiasa kita pelihara untuk meyakini akan adanya Zat Yang Maha Pencipta dibalik semua fenomena alam yang ada.

Allah, dalam surat Al-Baqarah 269 menyatakan: “Allah menganugrahkan Al-Hikmah (ilmu) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan tidak ada yang sanggup mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”

Wallahualambisawab.

Sumber:
Buku Sentuhan Kalbu, karangan Ir. Permadi Alibasyah

Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel