Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Tuesday, November 21, 2017
Edit
Berikut ini adalah berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan yang merupakan salah satu Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017. Download file buku format PDF.
Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional):
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sebagai bagian penting dari penumbuhan budi pekerti, minat baca anak perlu dipupuk sejak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.
Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan, seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/ lembaga lain. Pelibatan ekosistem pendidikan sejak penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, sampai pada kampanye literasi sangat penting agar kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. GLN diharapkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan sampai ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.
Buku Peta Jalan, Panduan, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator, Pedoman Penilaian dan Evaluasi, dan Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional ini diterbitkan sebagai rujukan untuk mewujudkan ekosistem yang kaya literasi di seluruh wilayah Indonesia. Penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada tim GLN dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini tidak hanya bermanfaat bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku penggerak dan pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya membangun budaya literasi.
Jakarta, September 2017
Muhadjir Effendy
DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI
1.1 Tantangan dan Peluang
BAB 2 LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP
2.1 Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan
2.2 Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
2.3 Indikator Literasi Budaya dan Kewargaan
BAB 3 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
3.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
BAB 4 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI KELUARGA
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga
4.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga
BAB 5 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI MASYARAKAT
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
5.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
BAB 6 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI
1.1 Tantangan dan Peluang
Indonesia merupakan negara kepulauan. Sebanyak tujuh belas ribu lebih pulau besar dan kecil membentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur. Secara geografis, pulau-pulau di Indonesia tersebar dan dipisahkan oleh lautan dan selat. Letak pulau yang menyebar tersebut menjadikan bangsa Indonesia memiliki beragam suku bangsa yang juga menghasilkan beragam bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan kepercayaan. Tidak salah jika semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Namun, apabila setiap warga negara yang mendiami wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kurang memiliki kesadaran atas keberagaman bangsanya, stabilitas nasional yang telah terbangun pun akan rusak. Tanpa adanya kesadaran akan keberagaman, tanpa adanya sikap saling menghormati dan menghargai terhadap individu dan kelompok yang berbeda, konflik antarpribadi dan antarkelompok akan bermunculan. Masyarakat akan mudah dipecah belah dengan kebencian dan prasangka hanya karena tidak mengenal dan memahami keberagaman yang dimiliki oleh bangsanya.
Sebagai bagian dari dunia internasional, negara Indonesia juga menjalin kerja sama dengan berbagai negara di dunia. Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Konsekuensinya adalah bangsa Indonesia terpaksa menerima berbagai pengaruh global di segala bidang kehidupan: ekonomi, politik, bahasa, budaya, ideologi, bahkan gaya hidup. Jika tidak disikapi secara bijaksana, pengaruh global tersebut akan turut memengaruhi stabilitas nasional.
Berdasarkan hal tersebut, bangsa Indonesia menghadapi dua ancaman yang berkaitan dengan stabilitas nasional. Yang pertama adalah keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan. Yang kedua adalah pengaruh global yang masuk sebagai akibat terbukanya negara Indonesia dalam kerja sama dan aktivitas dunia.
Oleh karena itu, kemampuan dalam memahami keberagaman, menerima perbedaan, mampu beradaptasi, serta menyikapi keberagaman secara bijaksana menjadi sesuatu yang mutlak. Literasi terhadap persoalan budaya dan kewargaan merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia pada abad ke-21.
Pentingnya Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
Indonesia memiliki keberagaman dalam hal suku bangsa, bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan kepercayaan. Selain itu, sebagai bagian dari dunia global, Indonesia juga mendapat pengaruh budaya dari berbagai negara sebagai dampak dari hubungan kerja sama yang dibangun. Akibatnya, keberagaman yang sudah ada, yang dibawa oleh tiap-tiap suku bangsa di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan masuknya pengaruh global.
Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab warga negara sebagai bagian dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh setiap individu di abad ke-21 ini. Oleh karena itu, literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.
BAB 2 LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP
2.1 Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21. Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak.
2.2 Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku berarti budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan perilaku yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Misalnya, melalui ungkapan dalam bahasa Jawa memayuhayuningbawono kita mengenal falsafah hidup bahwa manusia harus mampu menjaga lingkungan hidupnya. Ungkapan tersebut tidak hanya memiliki arti filosofis, tetapi juga menyiratkan bahwa perilaku manusianya merupakan bagian dari suatu budaya.
Kesenian sebagai Produk Budaya
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya menghasilkan berbagai bentuk kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri khas kebudayaan dari daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk kesenian yang dihasilkan oleh setiap daerah di Indonesia harus dikenalkan kepada masyarakat terutama generasi muda agar mereka tidak tercerabut dari akar budayanya dan kehilangan identitas kebangsaannya.
Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu masyarakat yang mampu berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam keberagaman. Semua warga masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, dan latar belakang budaya memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara.
Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu akan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya.
Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya sikap inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari keuniversalan dari budaya baru yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan mereka.
Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman langsung dalam bermasyarakat adalah sebuah laku yang besar artinya untuk membentuk ekosistem yang saling menghargai dan memahami.
2.3 Indikator Literasi Budaya dan Kewargaan
Sekolah
Basis Kelas
- Jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
- Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran; dan
- Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.
Basis Budaya Sekolah
- Jumlah dan variasi bahan bacaan bertema budaya dan kewargaan;
- Frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di perpustakaan;
- Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
- Terdapat kebijakan sekolah yang dapat mengembangkan literasi budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
- Terdapat komunitas budaya di sekolah;
- Tingkat ketertiban siswa terhadap aturan sekolah;
- Tingkat toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah; dan
- Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah.
Basis Masyarakat
- Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan; dan
- Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya
- dan kewargaan
Keluarga
Budaya
- Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya yang dimiliki keluarga;
- Frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya dalam keluarga setiap hari;
- Jumlah bacaan literasi budaya yang dibaca oleh anggota keluarga;
- Jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada keluarga;
- Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga;
- Tingkat kunjungan keluarga ke tempat yang bernilai budaya (rumah adat, museum, keraton, dan lain-lain);
- Tingkat pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya;
- Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga; dan
- Jumlah produk budaya yang dimiliki keluarga.
Kewargaan
- Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki keluarga;
- Frekuensi membaca bahan bacaan literasi kewargaan dalam keluarga setiap harinya;
- Jumlah bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh anggota keluarga;
- Jumlah pelatihan literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada keluarga; dan
- Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi.
Masyarakat
Budaya
- Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya yang dimiliki setiap desa;
- Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya setiap hari;
- Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi budaya yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
- Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
- Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi budaya;
- Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya yang ada di masyarakat;
- Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi budaya;
- Meningkatnya jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
- Meningkatnya jumlah kegiatan budaya di masyarakat;
- Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan oleh masyarakat; dan
- Meningkatnya penggunaan bahasa daerah di suatu daerah.
Kewargaan
- Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki setiap desa;
- Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi kewargaan setiap hari;
- Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
- Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
- Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi kewargaan;
- Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya kewargaan yang ada di masyarakat;
- Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi kewargaan;
- Meningkatnya jumlah pelatihan literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
- Meningkatnya ketertiban masyarakat terhadap aturan di suatu daerah;
- Meningkatnya toleransi masyarakat terhadap keberagaman di suatu daerah;
- Meningkatnya ketersediaan akses informasi dan layanan publik; dan
- Menurunnya angka kejahatan di masyarakat.
BAB 3 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
Basis Kelas
- Meningkatnya jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
- Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran; dan
- Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.
Basis Budaya Sekolah
- Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan bertema budaya dan kewargaan;
- Meningkatnya frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di perpustakaan;
- Meningkatnya jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
- Terdapat kebijakan sekolah yang dapat mengembangkan literasi budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
- Terdapat komunitas budaya di sekolah;
- Meningkatnya ketertiban siswa terhadap aturan sekolah;
- Meningkatnya toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah;
- Meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah; dan
- Meningkatnya penggunaan bahasa daerah di lingkungan sekolah.
Basis Masyarakat
- Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan; dan
- Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan.
3.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
Penguatan Pelaku/Aktor/Fasilitator
1. Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah
Bengkel kreatif adalah sarana paling penting untuk mendorong budaya tulis dan siswa yang literat di sekolah. Di bengkel kreatif, siswa akan mengeluarkan bakat dan minatnya menjadi karya nyata di bidang lisan, tulisan, audio, dan visual. Siswa dapat memanfaatkan saranadigital sebagai sarana belajar, sumber belajar, dan publikasi karya.
2. Residensial
Residensial adalah sebuah program yang membawa siswa ke suatu komunitas/masyarakat dalam beberapa waktu dengan tujuan mengetahui proses bermasyarakat, berproses, dan berkarya. Siswa akan tinggal bersama masyarakat dan mengalami langsung sebuah penyesuaian hidup sebagai pengalaman otentik. Pada akhirnya, siswa dapat menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan dan laku kreatif lainnya.
3. Pengenalan Ketahanan Negara
Ketahanan negara adalah pondasi besar di dalam mempertahankan hidup yang aman dan damai. Oleh karena itu, siswa perlu diperkenalkan materi ketahanan negara atau bela negara dengan menghadirkan unsur TNI, kepolisian, pemerintah, kelompok agama, perkumpulan pemuda, pramuka, dan komunitas literasi. Beragam unsur tersebut akan memperkaya sudut pandang siswa dalam mempersepsikan ketahanan negara.
4. Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan
Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran. Mengintegrasikan kecakapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk karakter siswa agar dapat memahami, menghormati, menghargai, serta melindungi kebudayaan dan kesatuan bangsa.
5. Pelatihan Pembuatan Permainan Edukatif
Dewasa ini, pembelajaran di kelas mengharuskan guru untuk mengasah kemampuan dan kreativitas mereka dalam mengajar. Dalam hal ini, guru dituntut untuk membuat permainan edukatif di dalam kelas. Literasi budaya dan kewargaan dapat diaplikasikan dalam bentuk permainan-permainan tradisional, seperti engklek atau congklak.
6. Forum Diskusi bagi Warga Sekolah
Forum diskusi bagi warga sekolah tentang literasi budaya dan kewargaan dapat dilaksanakan saat atau setelah apel pagi, sebelum pelajaran berlangsung, atau saat menjelang jam istirahat. Tujuannya untuk memperkaya pemahaman dan meningkatkan kesadaran warga sekolah tentang literasi budaya dan kewargaan.
Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Penyediaan Bahan Bacaan dan Alat Peraga di Perpustakaan
Penambahan bahan bacaan literasi dalam berbagai bentuk sumber belajar serta penyediaan alat peraga bertema budaya dan kewargaan di perpustakaan perlu ditingkatkan. Bahan bacaan bertemakan budaya dan kewargaan, misalnya, dapat disediakan dalam bentuk salinan lunak.
2. Pemanfaatan TIK
Tidak dapat disangkal, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat besar perannya bagi kehidupan. TIK dapat menjadi sarana efektif sebagai sumber belajar siswa.
3. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah
Jika buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah gudang ilmu. Siswa harus memanfaatkan perpustakaan agar koleksinya dapat termanfaatkan dan siswa mendapatkan ilmunya.
4. Program Menulis Buku
Menulis buku tentang literasi budaya dan kewargaan bagi warga sekolah secara tidak langsung dapat membantu siswa memperkaya bahan bacaan. Selain itu, menulis tentang literasi budaya dan kewargaan juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan kewargaan.
5. Pengayaan Bahan Cerita Lokal dan Nasional
Siswa perlu diperkenalkan bacaan lokal dan nasional. Bacaan lokal penting agar siswa mengetahui karya sastra daerah yang dilahirkan nenek moyangnya dan juga para penulis yang hidup pada masa kini. Penting bagi siswa untuk mengetahui nilai dan pesan yang bersumber dari daerahnya sendiri. Sementara itu, bahan cerita nasional juga tidak kalah penting bagi siswa untuk mengenali keanekaragaman kisah dari berbagai penjuru tanah air. Cerita nasional dapat bersumber dari cerita daerah dari daerah lain atau cerita terkini (sastra modern) yang dihasilkan sastrawan Indonesia.
Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan
Peserta Belajar
1. Pemanfaatan TIK
Tidak dapat disangkal, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berperan sangat besar dalam kehidupan. TIK dapat menjadi sarana efektif sebagai sumber belajar siswa.
2. Pengembangan Sarana Penunjang Pembentuk Ekosistem Kaya Literasi
Penyediaan sarana penunjang yang memadai merupakan salah satu upaya penting untuk menunjang keberhasilan penerapan literasi budaya dan kewargaan. Contohnya, dengan menambah jumlah museum atau memperbaiki tempat bersejarah.
3. Pengoptimalan Perpustakaan
Jika buku adalah jendela dunia, maka perpustakaan adalah gudang ilmu. Siswa harus memanfaatkan perpustakaan agar koleksinya dapat termanfaatkan dan siswa mendapatkan ilmunya.
4. Penyediaan Sudut Baca di Kelas
Sudut baca kelas adalah wujud nyata adanya gerakan literasi di sekolah. Semakin hidup sebuah sudut baca kelas, semakin bergairah proses berliterasi di kelas. Buku yang ada di rak, selain bersumber dari sekolah, juga dapat bersumber dari siswa, bahkan masyarakat. Koleksinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan membaca selama lima belas menit dan sebagai bahan aktivitas literasi siswa.
5. Penyelenggaraan Open House
Pelaksanaan kunjungan ke sekolah yang sudah mengembangkan literasi budaya dan kewargaan memberi manfaat bagi sekolah lainnya untuk mengeksplorasi dan memperkaya informasi terkait dengan literasi budaya dan kewargaan.
6. Program Pengimbasan Sekolah
Program pengimbasan bertujuan untuk meningkatkan jumlah sekolah dan peserta belajar yang terlibat dan menerapkan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini juga bertujuan untuk menjamin peningkatan mutu pada sekolah-sekolah yang disasar.
Perluasan dan Penguatan Pelibatan Publik
1. Mendatangkan Pelaku Seni ke Sekolah
Mendatangkan pelaku seni ke sekolah adalah menghadirkan langsung para pekarya di tengah siswa. Maknanya adalah seniman dapat langsung berbicara kepada siswa mengenai proses dan cara berkarya. Selain itu, seniman dapat berkarya langsung di hadapan siswa. Siswa pun dapat menikmati dan terlibat dalam proses berkarya tersebut. Seniman yang dimaksud, antara, lain penyair, novelis, dramawan, pelukis, pemusik, dalang wayang, fotografer, dan sutradara film.
2. Membuat Festival Seni Pelajar
Ajang ini menjadi sarana langsung untuk mempertunjukkan hasil kreativitas siswa. Berbagai karya literasi dapat ditampilkan atau dipamerkan pada festival seni tersebut. Karya tulis dan seni panggung dapat diperkenalkan. Misalnya, pembacaan puisi karya siswa, pameran karya tulis, musikalisasi puisi, diskusi, dan pementasan seni lainnya.
3. Melibatkan Kegiatan Kepramukaan
Banyak siswa yang menjadi anggota pramuka. Organisasi pramuka melibatkan banyak unsur sehingga sangat heterogen dan terbuka. Menghadirkan kegiatan kepramukaan atau melibatkan siswa dalam aktivitas pramuka adalah bentuk penghadiran publik bagi sekolah.
4. Merayakan Momen Penting/Hari Nasional
Perayaan hari-hari penting, seperti Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan Festival Budaya merupakan praktik baik dalam menumbuhkembangkan pemahaman dan kesadaran bagi warga sekolah tentang budaya dan nilai-nilai sejarah sebagai wujud praktik kewargaan yang baik.
5. Mengadakan Kegiatan Bulan Literasi Budaya dan Kewargaan
Kegiatan seperti Bulan Literasi Budaya dan Kewargaan merupakan bagian dari pembiasaan berliterasi bagi warga sekolah yang bertujuan menjadi pembiasaan sepanjang hayat.
6. Menyelenggarakan Bedah Buku
Bedah buku bertema literasi budaya dan kewargaan memberikan manfaat bagi para pembaca untuk memperdalam pengetahuan tentang satu topik tertentu, berpikir kritis tentang informasi yang tertuang di buku, dan menjadi suatu bentuk apresiasi bagi penulis.
7. Pelibatan Pemangku Kepentingan
Pelibatan semua pemangku kepentingan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan industri, serta pemerhati kebudayaan dan kewargaan) dalam rangka pengembangan literasi budaya dan kewargaan di sekolah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya, dengan membuat lokakarya (workshop) yang berkaitan dengan peninggalan sejarah, kelas bahasa, atau kesenian tradisional yang hampir punah kepada warga sekolah.
8. Menyelenggarakan Festival Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
Festival ini merupakan aksi tindak lanjut dari keterlibatan para pemangku kepentingan. Peserta festival literasi budaya dan kewargaan bisa merupakan salah satu peserta program pengimbasan sekolah.
Penguatan Tata Kelola
1. Pembentukan Tim Literasi Sekolah
Tim literasi sekolah terdiri atas kepala sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang tua peserta didik dengan tugas memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.
2. Pembuatan Kebijakan Sekolah
Adanya kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi budaya dan kewargaan akan memengaruhi keberhasilan penerapan literasi budaya dan kewargaan yang ada di sekolah.
3. Penguatan Peran Komite Sekolah
Komite sekolah dapat memberikan dukungan dalam kelancaran penerapan literasi budaya dan kewargaan di sekolah. Untuk membangun relasi kerja sama dan komitmen di dalam kegiatan literasi, komite sekolah dapat memperkaya relasi dengan pihak luar dalam hal membantu pelibatan publik.
BAB 4 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI KELUARGA
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga
Tujuan dari penguatan budaya literasi budaya dan kewargaan di keluarga,khususnyabagianak-anak,adalahuntukmenumbuhkembangkan pemahaman terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memperkaya kemampuan dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara mulai dari usia dini. Peran orang tua juga sangat penting dalam mengarahkan dan membimbing anak untuk memahami nilai-nilai kebudayaan dan kewargaan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Sasaran dalam literasi kebudayaan dan kewargaan dalam keluarga adalah anggota keluarga mampu memahami kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memperkaya kemampuan dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
- Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya dan kewargaan yang dimiliki keluarga;
- Meningkatnya jumlah frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya dan kewargaan dalam keluarga setiap hari;
- Meningkatnya jumlah partisipasi anggota keluarga dalam aktivitas yang mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan, seperti kunjungan keluarga ke rumah adat, museum, keraton, keikutsertaan dalam pemilihan umum, dan lain-lain;
- Meningkatnya pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya dan kewargaan; dan
- Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi perihal literasi budaya dan kewargaan.
4.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga
Strategi pengembangan literasi kebudayaan dan kewargaan di keluarga dimulai dari orang tua yang memberikan contoh dan praktik baik sehingga dapat menjadi teladan bagi anak dan anggota keluarga lainnya. Orang tua harus menciptakan lingkungan sosial yang komunikatif dan interaktif dalam keluarga khususnya dengan anak sehingga membantu pemahaman anak terhadap fenomena sosial yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan. Langkah selanjutnya dalam strategi pengembangan adalah mengenalkan materi dasar yang diberikan kepada anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak.
Penguatan Pelaku
1. Penyuluhan tentang Literasi Budaya dan Kewargaan
Penguatan literasi kebudayaan dan kewargaan untuk orang tua dapat dilakukan melalui penyuluhan, seminar, atau pelatihan tentang cara sehat menggunakan internet. Orang tua diajarkan menggunakan situs yang aman yang bisa digunakan oleh anak, diajarkan tentang cara menggunakan media sosial dengan bijaksana, cara memaksimalkan penggunaan internet dalam mencari informasi, pengetahuan, dan sebagainya.
2. Pembiasaan Menggunakan Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah jembatan kebudayaan yang merupakan alat penghubung dalam keluarga dan identitas daerah asal bagi keluarga tersebut. Bahasa daerah dapat dijadikan media penghubung antargenerasi sebelumnya dengan generasi sekarang untuk menyiapkan generasi yang akan datang dengan jati diri yang kokoh dan menghargai serta bangga akan warisan leluhurnya. Kelebihan bahasa daerah adalah adanya tingkatan-tingkatan bahasa yang secara tidak langsung mengajarkan praktik baik tentang tata krama. Orang muda dituntut untuk bersikap sopan dan menghormati orang yang lebih tua.
3. Pengenalan Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Nasional dalam Keluarga
Masuknya budaya global dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak terhindarkan. Akan tetapi, lingkungan keluarga sebagai pusat semaian pengenalan nilai-nilai budaya dapat memaksimalkan fungsinya dengan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kewargaan, baik yang lokal maupun nasional.
4. Pengenalan Anggota Keluarga terhadap Tradisi dan Adat
Pengenalan tradisi dan adat kepada anggota keluarga merupakan modal ketahanan budaya yang dapat memperkuat karakter dan jati diri bangsa. Kegiatan pengenalan ini dapat dimulai dengan internalisasi nilai tradisi dan adat melalui permainan tradisional dan cerita rakyat.
Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Penyediaan Buku Bacaan
Peningkatan jumlah dan ragam bahan bacaan bertema kebudayaan dan kewargaan dalam bentuk koran, majalah, buku, atau bahan dalam bentuk salinan lunak yang dapat diakses melalui komputer maupun gawai.
2. Pemanfaatan Media Digital
Kehadiran media digital yang memberikan akses yang tidak berbatas bagi anggota keluarga dapat digunakan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan budaya dan kewargaan serta untuk memperkaya pengetahuan tentang nilai-nilai kebudayaan. Akan tetapi, penggunaan media digital untuk mengakses informasi oleh anak-anak memerlukan adanya pengarahan dan pendampingan oleh orang tua. Anak membutuhkan bantuan dalam menganalisis dan memahami informasi yang mereka peroleh.
3. Kunjungan ke Tempat-Tempat Bernilai Budaya dan Sejarah
Pengenalan budaya atau sejarah dapat dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang bernilai budaya dan sejarah, seperti rumah adat, museum, dan keraton. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman anggota keluarga tentang kekayaan bangsa dan identitas bangsa.
Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar
1. Pemanfaatan Fasilitas Rumah
Pemanfaatan fasilitas rumah untuk tampilan-tampilan literasi budaya dan kewargaan dapat dilakukan dengan memaksimalkan tampilan rumah dengan barang-barang yang berlatar belakang budaya atau nilai sejarah yang tinggi, seperti lukisan, instalasi kain-kain tradisional, dan lain-lain.
2. Penyediaan Fasilitas atau Tampilan-Tampilan Literasi Budaya dan Kewargaan di Ruang Publik
Tampilan literasi budaya dan kewargaan di ruang publik dapat diterapkan dengan cara menggantung foto/poster presiden, wakil presiden, pahlawan, dan pemangku kepentingan. Simbol-simbol kenegaraan, seperti Burung Garuda dan Pancasila dapat menjadi opsi lain untuk tampilan di ruang publik.
3. Pengikutsertaan Anggota Keluarga dalam Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan yang berhubungan dengan literasi budaya dan kewargaan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang nilai budaya dan kewargaan yang ada di sekitar kita.
Perluasan dan Penguatan Publik
1. Penyelenggaraan Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Penyelenggaraan kegiatan literasi budaya dan kewargaan dalam keluarga dan masyarakat dapat berupa kegiatan menonton film yang mengandung nilai budaya dan sejarah secara bersama-sama atau mengadakan lokakarya (workshop) memasak kue dan makanan tradisional oleh ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.
2. Pelibatan Orang Tua
Pelibatan orang tua dalam kegiatan literasi budaya dan kewargaan di sekolah dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi komite sekolah. Kegiatan yang dilaksanakan dapat berupa festival seni yang melibatkan orang tua atau kunjungan-kunjungan wisata yang dihadiri oleh peserta didik dan orang tua.
Penguatan Tata Kelola
1. Intensitas Waktu Bersama Keluarga
Mengintensifkan waktu bersama keluarga dapat dilakukan dengan membiasakan keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi informasi antaranggota keluarga mengenai budaya dan kewargaan. Secara tidak langsung hal ini akan membangun pemahaman terkait dengan literasi budaya dan kewargaan. Sesama anggota keluarga juga dapat bertukar pendapat dan memverifikasi kebenaran informasi yang didapat. Orang tua dapat mengarahkan anggota keluarga untuk menarik simpulan saat diskusi berlangsung.
2. Alokasi Dana untuk Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Alokasi dana keluarga dapat dimanfaatkan untuk mengunjungi museum, tempat-tempat wisata budaya, atau mengikuti lokakarya (workshop) berbayar terkait literasi budaya dan kewargaan. Tujuan dari melakukan kunjungan atau menghadiri lokakarya tersebut adalah untuk memperkaya informasi dan menambah pemahaman terkait dengan literasi budaya dan kewargaan.
BAB 5 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI MASYARAKAT
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
Penerapan literasi budaya dan kewargaan di masyarakat sangat penting. Saat ini menumbuhkembangkan pemahaman dan sikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara merupakan salah satu upaya untuk membentengi generasi muda dari kuatnya arus budaya global yang masuk ke Indonesia.
Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dan memahami nilai-nilai budaya dan kewarganegaraan bangsa ini.
- Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki fasilitas publik;
- Meningkatnya partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
- Bertambahnya jumlah fasilitas publik yang mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan di masyarakat;
- Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya dan kewargaan yang ada di masyarakat;
- Meningkatnya jumlah pengguna bahasa daerah di suatu daerah; dan
- Menurunnya angka kejahatan yang ada di masyarakat.
5.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
Penguatan Pelaku
1. Penguatan Kapasitas Pegiat Literasi dan Pengelola TBM
Penguatan kapasitas pegiat literasi dan pengelola TBM dapat dilakukan melalui pelatihan dan festival. Pelatihan bagi pegiat literasi di masyarakat bertujuan untuk memperkaya pemahaman dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran. Mengintegrasikan kecakapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang memahami, menghormati, menghargai, serta melindungi kebudayaan dan kesatuan bangsa.
2. Pendampingan Pelaku Seni
Pemahaman dan pelestarian budaya sangat bergantung pada pelaku seni yang terus berkarya. Pendampingan pelaku seni bertujuan agar para pelaku seni berjejaring dan mendapatkan akses pertunjukan. Akses yang diberikan kepada pelaku seni berguna untuk memperkenalkan karya mereka kepada masyarakat.
3. Penyuluhan untuk Pencegahan Radikalisme
Penyuluhan untuk mencegah radikalisme dan disintegrasi yang dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Bentuk penyuluhan dapat berupa lokakarya (workshop) pengenalan nilai-nilai budaya, sejarah, dan lain-lain kepada anggota karang taruna.
Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Akses Bahan Bacaan di Perpustakaan Komunitas Terdekat
Perpustakaan menjadi salah satu jantung pengetahuan di masyarakat. Penambahan bahan bacaan literasi dalam berbagai bentuk sumber belajar perlu ditingkatkan. Misalnya, menyediakan bahan bacaan bertemakan kebudayaan dan kewargaan, menyediakan bahan bacaan dalam bentuk salinan lunak, dan menyediakan alat peraga sebagai sumber belajar budaya dan kewargaan.
2. Media Digital sebagai Sumber Belajar
Memaksimalkan fungsi internet, telelvisi, dan lain-lain sebagai sumber belajar yang terkini dengan pembatasan sesuai dengan kesepakatan di antara masyarakat.
3. Kunjungan ke Tempat Bersejarah dan Bernilai Budaya Lokal
Kunjungan masyarakat ke tempat bersejarah dan bernilai budaya lokal dapat dibiasakan pada saat hari libur. Selain sebagai ajang rekreasi, sumber belajar di masyarakat, seperti museum, candi, dan lain-lain dapat dioptimalkan untuk menambah pengetahuan masyarakat. Hiburan lain yang juga bermanfaat untuk mengenalkan budaya adalah pertunjukan seni tradisi dan film nasional yang berkualitas.
4. Permainan Tradisional, Olahraga Rakyat, serta Latihan Seni dan Budaya Lokal
Pengenalan permainan tradisional, olahraga rakyat, serta latihan seni dan budaya lokal merupakan strategi penting untuk meningkatkan pemahaman anak tentang budaya daerah yang harus dilestarikan agar dapat diwariskan kepada generasi muda di masa yang akan datang.
5. Penerjemahan Bahan Penunjang Literasi Budaya dan Kewargaan
Tidak sedikit buku-buku yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan Indonesia ditulis oleh warga negara asing. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Indonesia, buku-buku tersebut perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
1. Penyediaan Pojok Baca di Tempat Umum
Pojok baca di tempat umum adalah wujud nyata adanya gerakan literasi di masyarakat. Semakin hidup sebuah pojok baca, semakin bergairah proses berliterasi di lingkungan tersebut. Buku yang ada di rak baca, selain bersumber dari masyarakat, juga dapat bersumber dari pemerintah dan donasi dari pemangku kepentingan di lingkungan sekitar. Koleksi pojok baca di tempat umum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang sedang menggunakan, beraktivitas, atau yang sedang menunggu seseorang di tempat tersebut.
2. Penyediaan Fasilitas Umum Bertema Literasi Budaya dan Kewargaan
Fasilitas umum yang mendukung literasi budaya dan kewargaan sebaiknya mudah dijangkau oleh masyarakat. Fasilitas ini dapat berupa bioskop keliling yang memutar film-film bertema budaya atau sejarah.
3. Sosialisasi Sumber Belajar Daring
Sumber belajar daring bermanfaat bagi masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas umum, tetapi sudah dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi yang baik. Sumber belajar daring dapat memaksimalkan fasilitas jaringan telekomunikasi ini untuk mengunduh buku cerita rakyat, lagu kebangsaan, dan lain-lain sebagai bagian dari perluasan akses terhadap sumber belajar.
Perluasan dan Penguatan Publik
1. Penulisan Kembali Kebudayaan dan Sejarah Lokal
Saat ini banyak daerah yang mulai menghilang nilai budaya dan sejarahnya karena tidak ada rekam jejak dalam bentuk tulisan. Sejarah atau nilai budaya biasanya hanya diceritakan secara turun- temurun. Oleh karena itu, penulisan kembali nilai-nilai budaya dan sejarah sangat diperlukan.
2. Pelibatan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi dapat dilibatkan dalam program-program penelitian dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan jumlah sarana dan fasilitas pendukung bermuatan baca tulis serta untuk mengembangkan kesadaran dan kecakapan budaya dan kewargaan di masyarakat.
3. Kerja Sama dengan Publik
Publik termasuk pegiat pendidikan, BUMN, DUDI, LSM, dan berbagai komunitas dilibatkan dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan.
Penguatan Tata Kelola
1. Pengintegrasian Kegiatan Masyarakat
Pengintegrasian kegiatan masyarakat dalam berbagai kegiatan literasi kebudayaan dan kewargaan bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemahaman literasi kebudayaan dan kewargaan.
2. Pengalokasian Anggaran Khusus
Alokasi anggaran ini diperuntukkan bagi pelatihan dan pendampingan masyarakat untuk pelatihan, kampanye sosialisasi, pengembangan materi, bahan bacaan, dan kegiatan masyarakat berbasis dan bermuatan literasi kebudayaan dan kewargaan.
3. Pemanfaatan Komunikasi dan Jaringan Antarsesama Pegiat TBM
Jaringan komunikasi yang kuat dapat memperkaya informasi terkait dengan literasi budaya dan kewargaan. Selain itu, jaringan antarsesama pegiat mampu mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan, yaitu dengan berbagi praktik baik di tiap-tiap TBM.
4. Pemanfaatan Jaringan Donasi Buku Kemendikbud dan Forum TBM
Jaringan donasi buku Kemdikbud dan forum TBM bermanfaat untuk menambah ragam bacaan atau sumber belajar yang dapat didistribusikan ke berbagai tempat.
BAB 6 PENUTUP
Literasi budaya dan kewargaan merupakan salah satu kecakapan hidup yang dibutuhkan pada abad ke-21. Kecakapan ini akan melahirkan bangsa yang berkualitas, yang pada akhirnya mampu menunjukkan identitasnya di dunia internasional. Pengenalan, penerapan, dan peningkatan terhadap kecakapan literasi budaya dan kewargaan harus dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dalam penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Materi pendukung literasi budaya dan kewargaan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perumusan kegiatan literasi budaya dan kewargaan yang beragam dan kontekstual.
Download Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:
Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Download File:
Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional).pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional). Semoga bisa bermanfaat.